Sebagai pengguna kacamata minus, dulu saya pernah berfikir "Apakah orang berkacamata saya dapat menonton film 3D di bioskop dengan nyaman?" Alasan saya berfikri seperti itu karena untuk dapat menikmati fitur 3D yang diperlihatkan pada film tersebut, saya harus menggunakan kacamata 3D. Kacamata minus ditambah kacamata 3D, repot banget menggunakan 2 kacamata sekaligus.
Bagi anda yang belum tahu tentang kacamata 3D, umumnya kacamata 3D itu memiliki warna yang berbeda pada setiap lensanya yaitu merah dan biru. Film 3D harus ditonton dengan kacamata tersebut atau tampilan film tersebut akan berbayang, seperti film dengan sinyal antena yang buruk.
Master Fakry dan Kacamata 3D
Nah, pada tanggal 5 Maret 2014 saya dan teman-teman mendapat undangan untuk screening film 300: Rise of an Empire di XXI Plaza EX, Jakarta Pusat. Awalnya saya tidak mengetahui kalau film yang ditonton adalah 3D. Namun saat saya masuk studio, ternyata film yang saya tonton adalah 3D. Agak khawatir kalau gambar yang saya lihat nanti hasilnya tidak memuaskan. Ternyata pendapat saya salah karena kacamata 3D yang disediakan oleh bioskop tersebut bekerja sangat baik (berbeda dari kacamata 3D di tempat yang bukan bioskop). Walaupun agak repot dan harus sering diposisikan agar tidak turun.
Kesan saya saat menonton film 3D adalah efek yang lebih baik dari film 2D, sudah pasti. Apabila mengharapkan ada benda-benda yang begerak ke arah penonton saja sih mugkin bukan itu intinya. Mungkin hal tersebut hanya ada di film 3D buatan Indonesia di masa lalu. Namun efek 3D yang jauh leih baik adalah tentang fokus pada objek yang ingin diperlihatkan pada suatu adegan. Misalnya 2 orang tokoh yang sedang berbicara satu sama lain, efek 3D ada pada kedua tokoh tersebut sedangkan latar belakangnya agak kabur sehingga penonton dapat lebih fokus terhadap kedua tokoh tersebut.
Mengenai film 300: Rise of an Emperor, anda dapat melihat ulasannya di pad atautan berikut ini (klik). Demikianlah pendapat saya mengenai penguna kacamata pada saat menonton film 3D di bioskop dengan kacamata 3D. Saya rasa anda harus coba nonton film 3D sesekali, khususnya untuk film ber-genre aksi untuk mendapatkan efek yang lebih seru dan kerennya.
Bagi anda yang belum tahu tentang kacamata 3D, umumnya kacamata 3D itu memiliki warna yang berbeda pada setiap lensanya yaitu merah dan biru. Film 3D harus ditonton dengan kacamata tersebut atau tampilan film tersebut akan berbayang, seperti film dengan sinyal antena yang buruk.
Master Fakry dan Kacamata 3D
Nah, pada tanggal 5 Maret 2014 saya dan teman-teman mendapat undangan untuk screening film 300: Rise of an Empire di XXI Plaza EX, Jakarta Pusat. Awalnya saya tidak mengetahui kalau film yang ditonton adalah 3D. Namun saat saya masuk studio, ternyata film yang saya tonton adalah 3D. Agak khawatir kalau gambar yang saya lihat nanti hasilnya tidak memuaskan. Ternyata pendapat saya salah karena kacamata 3D yang disediakan oleh bioskop tersebut bekerja sangat baik (berbeda dari kacamata 3D di tempat yang bukan bioskop). Walaupun agak repot dan harus sering diposisikan agar tidak turun.
Kesan saya saat menonton film 3D adalah efek yang lebih baik dari film 2D, sudah pasti. Apabila mengharapkan ada benda-benda yang begerak ke arah penonton saja sih mugkin bukan itu intinya. Mungkin hal tersebut hanya ada di film 3D buatan Indonesia di masa lalu. Namun efek 3D yang jauh leih baik adalah tentang fokus pada objek yang ingin diperlihatkan pada suatu adegan. Misalnya 2 orang tokoh yang sedang berbicara satu sama lain, efek 3D ada pada kedua tokoh tersebut sedangkan latar belakangnya agak kabur sehingga penonton dapat lebih fokus terhadap kedua tokoh tersebut.
Mengenai film 300: Rise of an Emperor, anda dapat melihat ulasannya di pad atautan berikut ini (klik). Demikianlah pendapat saya mengenai penguna kacamata pada saat menonton film 3D di bioskop dengan kacamata 3D. Saya rasa anda harus coba nonton film 3D sesekali, khususnya untuk film ber-genre aksi untuk mendapatkan efek yang lebih seru dan kerennya.
Komentar
Posting Komentar