Sudah lama sih ini, saya ditraktir adik untuk makan di salah satu restoran di Jl. Sambas III No. 126, Barito, Blok M dengan menu utama kambing bakar dengan nama restoran Kambing Bakar Cairo. Dalam rangka gajian, atau apa, saya agak lupa.
Adik saya itu, Isni, mengatakan bahwa rasa kambing bakar disana jenius, enak banget. Penasaran donk saya, "Sejenius apa sih kambing bakar di Kambing Bakar Cairo".
Konsep restorannya cukup sederhana. Ada 2 jenis ruangan yaitu Smoking Area yang terletak di luar dan AC di dalam ruangan. Tentu kami memilih ruangan AC karena kami tidak ada yang hobi merokok. Desain ruangan juga terkesan minimalis, dengan hiasan garasi yang membuat ruangan menjadi memiliki teman khusus.
Saya duduk di meja dengan 4 kursi, karena kami datang bertiga. Tidak lama kemudian pelayan datang dan memberikan kami menu. Tidak pikir panjang, kami langsung memilih menu Kambing Bakar Hotplate.
Ada 3 jenis dagin yang bisa dipilih untuk kembing bakarnya yaitu ribs (iga) dengan keunggulan rasa yang gurih, daging tulang punggung dengan lemak paling banyak dan rasa paling gurih tapi dagingnya sedikit, terakhir daging paha dengan jumlah daging terbanyak tapi rasanya biasa.
Selain memilih jenis daging, pembeli dapat memilih berat daging yang diinginkan yaitu 250 gram, 350 gram dan 500 gram dimana saya memilih yang 350 gram. Harganya pun berbeda, yang jelas semakin berat semakin mahal pula harganya, hahah. Namun berat disini bukan hanya daging lhooo, beratnya juga termasuk tulang belulang yang ikut serta pada menu tersebut.
Saya memilih daging paha, pilihan yang sama seperti adik saya yang satu lagi, Alif. maklum siang hari, lapar. Kedatangan pesanan didramatisir dengan suara hotplate yang menggema. Srrrr, dengan menyebarkan aroma daging kambing terbakar yang penuh dengan lemak gurih. Daging paha terasa enak, teksturnya pun lembut tapi tidak selembut ribs.
Bagian daging paha, 350 gram
Saya bertanya kepada pelayannya, "Kambing apa sih yang digunakan sampai teksturnya bisa lembut begini?" Jawaban yang saya dapat adalah kambing yang digunakan merupakan kambing muda dengan usia sekitar 6 bulan. Saya pun melihat ukuran tulang yang ada di piring, "Wah, memang agak kecil sih ukuran tulangnya. Thanks bang."
Saat dibandingkan antara rasa daging pahan dengan ribs, memang ada perbedaan. Ribs lebih lmbut dan gurih. Sayangnya, tidak ada yang memesan daging punggung waktu itu. Next time, saya harus coba daging punggung.
Mngenai harga, saya rasa tidak terlalu mahal untuk ukuran kambing bakar. Minuman pun harganya normal, tidak terlalu mahal.
Selain kambing bakar, restoran ini juga menyediakan banyak menu lain seperti tongseng, soto mesir, gulai dan beberapa lainnya.
Secara keseluruhan saya puas dengan menu Kambing Bakar Hotplate dan pelayanan Kambing Bakar Cairo. Apabila mereka mengklaim, "Terlezat Ke-2 Se-Timur Tengah", mungkin ada benarnya.
Komentar
Posting Komentar