17 Mei 2015
Penulis: Fakry Naras Wahidi
Pekan lalu ketika meliput Ennichisai Blok M 2015 hari kedua, 10 Mei 2015, saya bertemu dengan para cosplayer yang berbeda dengan cosplayer pada umum. Mereka ber-cosplay tapi dengan konstum yang telah dimodifikasi menjadi pakaian muslimah, tertutup, dan dipadukan dengan kerudung panjang.
Usut punya usut, ternyata mereka tergabung dalam Islamic Otaku Community, komunitas atau perkumpulan penggemar cosplay yang membuat kostum tokoh anime, film atau game favoritnya dalam wujud yang sesuai dengan syariat Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa kebanyakan cosplay wanita itu memperlihatkan aurat, khususnya rambut.
Saya pun mengikuti perkembangan dan fenomena dari hijab cosplayer yang mana ada perbedaan pendapat (positif/negatif) dari para penggemar cosplay atas eksistensi mereka. Sebagian berpendapat cosplay hijab merupakan perbuatan salah yang merusak citra dari tokoh yang di-cosplay-kan, tapi sebagian lain berpendapat bahwa hijab cosplay merupakan pilihan dan ekspresi dari kreativitas.
Pendapat saya sendiri, hijab cosplay merupakan pilihan bagi para penggemar cosplay muslimah untuk mengekspresikan kesukaanya terhadap suatu tokoh dalam bentuk yang positif. Dalam ajaran Islam, aurat wanita itu ada di seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan bagi pihak yang lebih ekstrim menganggap bahwa wajah seorang wanita juga harus ditutup (dengan cadar).
Nah, saya menyambut baik para muslimah yang memiliki ide kreatif untuk mengekspresikan kegemarannya terhadap cosplay dengan cara yang tetap menjaga nilai-nilai dasar keislaman. Apalagi bukan hanya busananya yang islami, tapi juga perbuatannya, Mereka saling mengingatkan untuk tidak lupa menjalankan ibadah sholat. "Yang belum solat Ashar, jangan lupa solat dulu ya," teriak salah seorang member-nya.
Ibaratnya, hijab cosplay adalah versi muslimah dari tokoh anime. Biasanya tokoh anime itu memiliki beberapa versi yang membuat sosok mereka berbeda dari wujud aslinya. Misalnya dalam figure ada versi chibi, SHF, versi apa-apalah (Iis Dahlia kali, apalah) sehingga versi hijab sama sekali tidak masalah menurut saya. Bahkan ada cosplayer luar yang membuatkan versi female atau bikini dari tokoh tertentu, dan itu disambut dengan baik.
Saya pun punya teman hijab cosplayer, dan penampilannya ketika cosplay bisa dibilang oke. Meski demikian, ada saat di mana saya tidak sadar juga kalau mereka itu sedang cosplay. Namun ketika diberitahu bahwa itu cosplay, saya amati, memang kostumnya mirip dengan busana yang dikenakan oleh tokoh anime, film atau game.
Demikianlah opini saya tentang hijab cosplayer setelah bertemu mereka di Ennichisai 2015. Btw, hijab cosplay ini nge-top juga lho karena mereka kompakan mengenakan cosplay komplit VocaloID dan Sword Art Online II, yang berdasarkan info yang saya dapat merupakan proyek cosplay-nya Islamic Otaku Community.
Setelah mengetahui eksistensi mereka, apa pendapat anda?
Penulis: Fakry Naras Wahidi
Pekan lalu ketika meliput Ennichisai Blok M 2015 hari kedua, 10 Mei 2015, saya bertemu dengan para cosplayer yang berbeda dengan cosplayer pada umum. Mereka ber-cosplay tapi dengan konstum yang telah dimodifikasi menjadi pakaian muslimah, tertutup, dan dipadukan dengan kerudung panjang.
Usut punya usut, ternyata mereka tergabung dalam Islamic Otaku Community, komunitas atau perkumpulan penggemar cosplay yang membuat kostum tokoh anime, film atau game favoritnya dalam wujud yang sesuai dengan syariat Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa kebanyakan cosplay wanita itu memperlihatkan aurat, khususnya rambut.
Saya pun mengikuti perkembangan dan fenomena dari hijab cosplayer yang mana ada perbedaan pendapat (positif/negatif) dari para penggemar cosplay atas eksistensi mereka. Sebagian berpendapat cosplay hijab merupakan perbuatan salah yang merusak citra dari tokoh yang di-cosplay-kan, tapi sebagian lain berpendapat bahwa hijab cosplay merupakan pilihan dan ekspresi dari kreativitas.
Ekspresikan diri tanpa tampilkan aurat |
Pendapat saya sendiri, hijab cosplay merupakan pilihan bagi para penggemar cosplay muslimah untuk mengekspresikan kesukaanya terhadap suatu tokoh dalam bentuk yang positif. Dalam ajaran Islam, aurat wanita itu ada di seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan bagi pihak yang lebih ekstrim menganggap bahwa wajah seorang wanita juga harus ditutup (dengan cadar).
Nah, saya menyambut baik para muslimah yang memiliki ide kreatif untuk mengekspresikan kegemarannya terhadap cosplay dengan cara yang tetap menjaga nilai-nilai dasar keislaman. Apalagi bukan hanya busananya yang islami, tapi juga perbuatannya, Mereka saling mengingatkan untuk tidak lupa menjalankan ibadah sholat. "Yang belum solat Ashar, jangan lupa solat dulu ya," teriak salah seorang member-nya.
Ibaratnya, hijab cosplay adalah versi muslimah dari tokoh anime. Biasanya tokoh anime itu memiliki beberapa versi yang membuat sosok mereka berbeda dari wujud aslinya. Misalnya dalam figure ada versi chibi, SHF, versi apa-apalah (Iis Dahlia kali, apalah) sehingga versi hijab sama sekali tidak masalah menurut saya. Bahkan ada cosplayer luar yang membuatkan versi female atau bikini dari tokoh tertentu, dan itu disambut dengan baik.
Banyak lho |
Saya pun punya teman hijab cosplayer, dan penampilannya ketika cosplay bisa dibilang oke. Meski demikian, ada saat di mana saya tidak sadar juga kalau mereka itu sedang cosplay. Namun ketika diberitahu bahwa itu cosplay, saya amati, memang kostumnya mirip dengan busana yang dikenakan oleh tokoh anime, film atau game.
Demikianlah opini saya tentang hijab cosplayer setelah bertemu mereka di Ennichisai 2015. Btw, hijab cosplay ini nge-top juga lho karena mereka kompakan mengenakan cosplay komplit VocaloID dan Sword Art Online II, yang berdasarkan info yang saya dapat merupakan proyek cosplay-nya Islamic Otaku Community.
Setelah mengetahui eksistensi mereka, apa pendapat anda?
Komentar
Posting Komentar