Langsung ke konten utama

Review Transformers: Age of Extinction

transformers age of extinction movie poster

Akhirnya saya memiliki kesempatan untuk menyaksikan secara langsung kisah dan penampilan dari film Transformers: Age of Extinction. Sebelumnya, saya hanya membaca ulasan yang diberikan oleh para kritikus film yang mengungkapkan bahwa film ini jauh dari harapan mereka tentang Transformers.

Setelah saya saksikan sendiri. Wow, inilah yang harusnya ditayangkan oleh film aksi, khususnya Transformers. Alur cerita di film ini sangat jelas yakni perlawanan Autobot yang dimusuhi oleh manusia akibat hasutan dari Desepticon, Lockdown. Apabila keberadaan manusia dianggap banyak, saya rasa kurang tepat karena porsi penampilan robot bisa dibilang sangat besar jika dibandingkan film sebelumnya yang jauh lebih banyak keterlibatan manusia.

Tidak seperti di trilogi Transformers sebelumnya, Age of Extinction menampilkan aksi pertempuran yang tidak basa-basi. Itulah yang memang seharusnya disuguhkan dalam film aksi, khususnya film perang antar robot. Hanya saja di film ini tetap ada kisah percintaan menarik antar Tessa Yeager (Nicola Peltz) —anak dari Cade Yeager (Mark Wahlberg)— dengan Shane Dyson (Jack Reynor) tapi hal itu menambah kekayaan cerita film.

Cinta memang berat. Sepasang kekasih harus mampu membuktikan kekuatan cinta mereka, khususnya pihak pria yang harus lebih mampu meyakinkan orang tua kekasihnya untuk menyerahkan perlindungan anak yang disayang dan dibesarkan sejak kecil kepadanya.

Pertempuran antara Autobot melawan manusia dan Decepticon disuguhkan dengan sangat keren dan seru. Walaupun di sini sangat terlihat kekuatan dan karisma Optimus Prime yang jauh menurun dibandingkan trilogi sebelumnya. Namun, Optimis terkesan lebih berbaur dan manusiawi, saya suka.

Hal yang membuat terkejut adalah ketika mengetahui James Savoy (Titus Welliver), seorang penemu kaya yang mendalangi proyek pembuatan Transformium, material yang mampu berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya seperti Transformers. Ternyata selama ini, ide dan penelitian yang ia kerjakan untuk kebaikan umat manusia —keuntungan pribadi dan perusahaan juga— dengan susah payah merupakan suatu kesalahan besar karena membahayakan umat manusia.

Meskipun film ini dipenuhi oleh efek visual luar biasa, dan aksi pertempuran yang sangat seru, Age of Extinction tetap menyelipkan unsur humor yang membuat pemirsanya tertawa, khususnya oleh James Savoy. Pada awal film, pria botak itu sangat serius, tapi lama kelamaan menampilkan tindakan yang terbilang lucu dengan gaya flamboyan.

Dari banyanya robot Transformers yang ditampilkan pada film ini, nampaknya Age of Extinction lebih didominasi oleh Autobot dibandingkan Decepticon. Selain itu, ada juga penampilan Dinobot di akhir penayangan sebagai pendukung dalam menghadapi Lockdown dan pasukannya.

Secara keseluruhan, saya rasa Transformers: Age of Extinction merupakan film yang sangat seru dan memuaskan. Jauh dari anggapan para kritikus yang memberi penilaian membosankan, terlalu lama, atau bahkan terlalu banyak aksi —hey, ini film aksi, jadi jangan protes jika porsi aksi lebih bayak daripada dramanya—.

Mengenai kekurangan, saya rasa hanya ada 1 yaitu Dinobot tidak setangguh yang saya bayangkan. Agak kecewa di sana sih.

Moral dari film ini, berdasarkan kisah dari pihak manusia yaitu tidak boleh menyerah dalam membuktikan bahwa anda mampu, dan angan takut gagal/salah, jika niatnya untuk kebaikan. Selain itu saya kagum dengan Cage, ia lebih memilih ilmu pengetahuan dibandingkan harta, padahal ia berada dalam kondisi sulit, bangkrut dan anaknya butuh biaya besar untuk pendidikan.

"Dan saya sangat menyesal nonton banjakaaan, aaakh. Seharusnya saja tidak percaya begitu saja dengan ulasan para kritikus tentang film ini. Pasti lebih seru jika nonton di bioskop."

Good job Michal Bay and team.

Demikianlah ulasan saya mengenai film ini.

Skor: 4.5 dari 5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Game Online dan Perusahaan Penerbit Game Online PC di Indonesia

Update: 28 Desember 2020 Ada banyak perusahaan penerbit game online di Indonesia saat ini. Setiap perusahaan itupun memiliki lebih dari satu game online. Pada artikel ini saya akan merangkum game online yang ada di Indonesia mulai dari yang masih aktif, akan datang bahkan hingga yang sudah mengakhiri layanannya. Saya juga akan memberitahukan perusahaan penerbit yang membawa game online tersebut. Namun saya hanya akan memberitahukan game online yang dimainkan di PC, baik client maupun browser . Saya tidak membahas game mobile karena materinya terlalu banyak dan cakupannya terlalu luas. Yuk kita lihat daftar publisher , game yang masih ada atau yang sudah menutup layanannya di bawah ini. Altermyth Inspirit Arena: tutup Agate Studio Football Saga 2: tutup SENGOKUIXA: tutup Apple Tree Interactive Eudemons Online: tutup Asiasoft Indonesia AIKA Online: tutup ARGO Online: tutup Alliance of Valiant Arms Online (A.V.A): tutup Brawl Buster: tutup Everplanet:

Penjelasan Poin Status dan Sub-Status

Sering kali RO mania menanyakan status yang bagus untuk karakternya, tetapi belum tentu status yang bagus untuk karakter satu bagus juga untuk yang lain. Karena status juga dipengaruhi oleh equip dan cara bermain.

Download Video YouTube Dengan Add-ons SaveFrom.net Helper

Jika gamers bingung mengenai cara mengunduh video dari YouTube, sekarang sudah ada add-ons dari Mozzila Firefox yang bisa digunakan untuk mengunduh video yang diinginkan lhooo. Walaupun saya biasanya menggunakan KeepVid tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru. Selain itu, gamers juga bisa menggunakan add-ons tersebut untuk mengunduh video lebih dari 40 situs terkemuka. Add-ons itu bernama SaveFrom.net helper . Selain untuk Mozilla Firefox, add-ons ini juga tersedia untuk browser lain sepeti Google Chrome dan Safari. Gamers bisa melihat cara untuk menggunakan add-ons ini disini .